Haruki Murakami
Pertemuanku pertama kali
dengan karya Murakami adalah ketika aku berada di perpustakaan Nikori. Buku itu
tergeletak begitu saja di sebuah meja baca. Awalnya aku tidak begitu
mempedulikan. Pasti seseorang telah lupa mengembalikan buku itu ke tempat
seharusnya. Tapi setelah aku perhatikan, pada halaman judul buku itu ditulis
menggunakan huruf romawi, dan bahasanya pun menggunakan Bahasa Indonesia.
Karena penasaran aku buka halaman pertama dari buku itu, dan memang ditulis
dalam Bahasa Indonesia. Sesuatu yang mengejutkan, di sebuah perpustakaan kecil,
di sudut kota Nirasaki ini aku menemukan buku berbahasa Indonesia. Sangat
berbeda dengan buku-buku yang lain yang ditulis menggunakan huruf
kanji-hiragana berbahasa Jepang yang berada di perpustakaan ini. Pada halaman
judul itu tertulis “Haruki Murakami” dengan huruf tercetak tebal dan besar,
lalu di bawahnya tertulis “Dunia Kafka” yang aku pikir ketika itu adalah judul
buku ini. Dan ternyata memang benar. Bak menemukan oasis di padang gurun, aku
mulai membaca isinya. Telah lama aku ingin membaca buku berbahasa Indonesia,
terutama novel. Setelah hampir 2 tahun bergelut dengan buku-buku kanji di
perpustakaan ini yang sebagian besar aku tak bisa membacanya tanpa bantuan
kamus. Membaca dengan cara seperti ini sungguh merepotkan dan membutuhkan waktu
lama untuk menyelesaikan sebuah buku. Setelah hampir seperempat bagian dari
buku ini aku baca, aku menemukan cerita yang sangat menarik dan aku langsung
menyukai gaya penulisan dari buku ini.
original photo by Alfilosography |
Karena terlalu asik
membaca, aku sampai lupa satu hal penting, siapa gerangan pemilik buku ini? Aku
yakin orang itu pasti orang Indonesia. Barangkali ia teledor meninggalkan
bukunya saat berkunjung ke perpustakaan ini. Jika dilihat dari posisi bukunya
yang masih di atas meja baca, kemungkinan ia meninggalkannya belum terlalu lama.
Karena jika tidak, pasti petugas perpustakaan sudah mengambilnya dan menaruh
buku itu di rak barang tertinggal. Maka aku putuskan untuk menunggu di perpustakaan
itu, siapa tahu ia kembali untuk mengambil bukunya, dan kita bisa saling
mengobrol. Tiba-tiba aku merasa penasaran dengan penulis dari buku ini, Haruki
Murakami.
“Sepertinya aku pernah mendengar namanya dari seseorang?” tanyaku
dalam hati.
Dengan meminjam komputer yang berada di perpustakaan aku mulai mencari
disitus internet. Aku temukan beberapa artikel dalam bahasa indonesia yang
memuat informasi mengenai penulis ini.
“Haruki Murakami adalah salah satu sastrawan terkemuka di Jepang.
Lahir di Kyoto, 12 Januari 1949. Banyak dari karyanya yang telah menjadi best-seller
dan mendapatkan banyak pengahargaan baik di Jepang maupun di luar negeri. Termasuk
pada World Fantasy Award (2006) dan Frank O'Connor International
Short Story Award (2006), sedang seluruh karyanya mendapatkan penghargaan
pada Franz Kafka Prize (2006) dan Jerusalem Prize (2009).
Murakami juga telah menerjemahkan sejumlah karyanya dalam bahasa Inggris.
Karya-karya pentingnya seperti A Wild Sheep Chase (1982), Norwegian
Wood (1987), The Wind-Up Bird Chronicle (1994-1995), Kafka on the
Shore (2002), 1Q84 (2009–2010), dan Tsukuru Tazaki (2014).
Karya fiksi Murakami sering dikritik oleh Badan Literatur Jepang
sebagai karya yang surealistik dan nihilistik, yang ditandai dengan cara
pembawaan Kafkaesque dengan tema kesendirian dan pengasingan. Haruki
Murakami dipandang sebagai orang penting dalam literature modern. Steven Poole
dari The Guardian memuji Murakami sebagai ‘di antara novelis hidup
terbaik dunia’ untuk karya serta pencapaiannya.” Tulis salah satu artikel yang aku temukan.
“Woww, ternyata dia memang penulis terkenal. Mungkin setelah ini aku akan membaca karyanya yang lain.” Pikirku.
“Murakami mulai menulis fiksi sejak berumur 29 tahun. ‘Sebelum itu’,
ujarnya, ‘Saya belum pernah menulis apapun. Saya hanya orang biasa. Saya
menjalankan bisnis club jazz, dan saya tidak pernah membuat apapun.’ Dia
terinspirasi menulis novel pertamanya, Hear the Wind Sing (1979), ketika
sedang menonton permainan baseball. Pada tahun 1978, Murakami sedang berada di
Stadium Jingu menonton pertandingan antara Yakult Swallows dan Hiroshima
Carp ketika Dave Hilton, pemain baseball asal Amerika, memukul bola. Berdasarkan
cerita yang sering diceritakan, saat Hilton memukul double secara cepat,
Murakami secara langsung menyadari bahwa dia dapat menulis novel. Dia pulang
kerumah dan mulai menulis pada malam harinya. Murakami menulis Hear the Wind
Sing selama beberapa bulan setelah beberapa goresan di bar. Dia
menyelesaikan novel pertamanya dan mengirim novel tersebut hanya pada kontes
literatur, lalu menang dengan juara pertama.” Lanjut artikel tersebut.
Kisah yang unik atau bisa disebut aneh. Aku tidak bisa menemukan
relevansi antara melihat seseorang memukul bola baseball dengan penemuan bakat
menulis. Tapi bukankah dunia memang seperti ini, banyak kejadian unik dibalik
kisah keberhasilan seseorang. Aku melanjutkan membaca.
“Pada tahun 1985, Murakami menulis Hard-Boiled Wonderland and
the End of the World, fantasi seperti mimpi yang mengambil elemen magikal
dari pekerjaan hingga tingkatan yang baru. Murakami mendapatkan terobosan besar
dan pengakuan nasional pada tahun 1987 dengan publikasi Norwegian Wood,
cerita nostalgia tentang kehilangan dan seksualitas. Buku ini terjual jutaan
kopi di antara anak-anak muda Jepang, membuat Murakami menjadi superstar
literatur di negaranya sendiri. Buku ini dicetak dalam dua volume terpisah,
jadi jumlah buku dapat terjual ganda, membuat buku ini terjual jutaan
bestseller copy. Satu buku bersampul hijau, dan satunya lagi bersampul merah.”
Norwegian woods? Aku ingat sekarang. Dulu seseorang pernah
menceritakan tentang novel ini kepadaku. Tetapi aku tak ingat siapa penulisnya.
Ternyata penulisnya adalah Haruki Murakami. Pada paragraf selanjutnya menjelaskan
tentang beberapa karya Murakami yang mendapat penghargaan.
“Sputnik Sweetheart pertama sekali diterbitkan pada tahun
1999, diikuti dengan Kafka on the Shore pada tahun 2002, dengan
penerjemahan Bahasa Inggris diikuti pada tahun 2005. Kafka on the Shore
memenangkan World Fantasy Awarld untuk kategori Novel pada tahun 2006. Lalu,
Shinchosha menerbitkan novel Murakami 1Q84 di Jepang pada 29 May, 2009. 1Q48
dibaca 'ichi kyÅ« hachi yon’, sama seperti 1984, 9 juga dibaca 'kyÅ«'
di bahasa Jepang. Novel ini merupakan daftar panjang di ajang Man Asian
Literary Prize pada tahun 2011.”
Kafka on the Shore barangkali
judul versi Bahasa Inggris dari novel yang sedang ku baca ini. Lalu, 1Q84?
Judul yang sama seperti novelnya George Orwell “1984”. Aku telah membaca novel
itu. Ceritanya sungguh menarik. Aku jadi penasaran dengan 1Q84-nya Murakami.
Cerita seperti apa yang akan disajikan dalam novel itu. Artikel ini di tutup
dengan pembahasan terkait dengan bahasa penulisan Murakami.
“Haruki Murakami dipengaruhi dengan penulis barat, tidak seperti
penulis-penulis Jepang yang lainnya. Walaupun dia juga mencoba untuk menyajikan
warisan Jepang dalam setiap bukunya. Setiap tulisannya menggunakan narative
orang-pertama untuk menolong pembaca mengerti masalah yang dihadapi oleh
proantagonis. Dia mengatakan itu karena keluarga berperan penting dalam literatur
tradisional Jepang, setiap karakter utama yang mandiri menjadi manusia yang
menghargai kebebasan dan kesendirian melebihi keakraban. Murakami juga dikenal
memiliki humor yang unik, seperti yang terlihat pada koleksi cerita pendeknya
pada tahun 2000, After the Quake. Pada cerita "Superfrog Saves
Tokyo", tokoh utama berhadapan dengan katak dengan tinggi 6 kaki yang
berbicara tentang kehancuran Tokyo karena secangkir teh. Meskipun kita
dimabukkan dengan ceritanya, Murakami merasa bahwa pembaca harus dihibur
setelah keseriusan subjek selesai. Sifat khas cerita Murakami lain yang paling
diingat ialah komentar yang datang dari karakter utama sebagaimana anehnya
cerita menunjukkan dirinya sendiri. Murakami menjelaskan bahwa setiap
pengalaman karakter sebagaimana pengalamannya ketika menulis, yang dapat
dibandingkan dengan film di mana dinding dan barang-barangnya palsu.
Banyak sekali judul dan tema novelnya diambil dari musik klasik,
seperti tiga buku yang membuat The Wind-Up Bird Chronicle: The
Thieving Magpie (berasal dari opera Rossini), Bird as Prophet
(berasal dari judul piano Robert Schumann yang biasa dikenal sebagai The
Prophet Bird), dan The Bird-Catcher (karakter dari opera Mozart
The Magic Flute). Beberapa dari novelnya mengambil judul dari lagu: Dance,
Dance, Dance (berasal dari The Dells' 1967 lagu B-side, walaupun
sering diberi judul dengan Beach Boys', Norwegian Wood (berasal
dari lagu The Beatle) dan South of the Border, West of the Sun
(berasal dari lagu "South of the Border").
Setelah dahaga keingintahuanku mengenai Murakami terpenuhi, aku
melanjutkan membaca bukunya. Entah sudah berapa lama aku menghabiskan waktuku duduk
disini dengan buku ini. Sampai seseorang menepuk bahuku dari belakang dan berkata,
“Maaf, itu buku saya”. Sambil tersenyum lembut.
Sebuah senyum dari seseorang yang tak akan pernah ku lupa, seseorang
yang akan membuat ku jatuh hati dan melanjutkan kisah ini dikemudian hari.