"Menghadapi Ujian"
Ujian adalah kuasa Allah SWT. Manusia tidak ada kuasa atas datangnya ujian. Karena manusia makhluk yang lemah. Kita sebagai seorang hamba harus mengakui kebesaran dan kekuasaan Allah SWT sebagai pencipta sekaligus pengatur kehidupan kita. Tidak ada gunanya ketika manusia membanggakan kecanggihan teknologi kedokteran, farmasi, komunikasi dan sebagainya pada masa kini, karena ternyata akan sampai pada satu realita bahwa manusia tak sanggup mengalahkan kekuasaan Allah SWT.
original photo by Alfilosography |
Bahkan dengan kecanggihan teknologi masa kini untuk menghadapi makhluk kecil seperti virus saja, dunia nyaris lumpuh.Ingat bahwa kita sebagai seorang Mukmin akan selalu Allah SWT timpakan ujian dan musibah di setiap kehidupan kita.
Seperti firman-Nya
لَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
Kami pasti akan menguji kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan serta kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar (QS al-Baqarah [2]: 155).
Demikianlah hakikat kehidupan dunia. Tak ada seorang hamba pun yang melewati hidupnya tanpa ujian dari Allah SWT.
"Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya baik baginya dan kebaikan itu tidak dimiliki kecuali oleh seorang mukmin. Apa bila ia mendapat kesenangan ia bersyukur dan itulah yang terbaik untuknya. Dan apabila mendapat musibah ia bersabar dan itulah yang terbaik untuknya." (Shahih Muslim)
Yang perlu diingat adalah bahwa Allah SWT tidak akan pernah salah memberikan ujian pada hambaNya. Jika Allah SWT memberikan ujian kepada kita, itu berarti Allah SWT tahu bahwa kita mampu menghadapi ujian itu. Dan belum tentu orang lain mampu jika menerima ujian tersebut. Ujian ataupun musibah yang menimpa seorang mukmin adalah bentuk teguran dan penghapusan dosa jika seorang mukmin itu mampu ridho terhadap takdir dan bersabar atas musibah yang menimpanya. "Tidaklah seorang Muslim tertusuk duri atau yang lebih dari itu, melainkan ditetapkan baginya dengan sebab itu satu derajat dan dihapuskan pula satu kesalahan darinya.” (HR Muslim: 2572)
Sumber inspirasi:
Buletin kaffah pekanan
https://www.republika.co.id/berita/q241ir320/hikmah-terpenting-sakit-dan-musibah-serta-penegasan-rasul