Sebuah puisi untuk mereka yang kita panggil dengan
"Ayah"
original foto by Alfilosography |
Urat-urat menjulur
Menonjol, melingkari tulang-tulang renta yang mulai kendur
Mengisahkan jalan ratapan hidup
Kulit keriput, mengkerut, hitam kumal, kotor, bau daki, mata meredup
Baju dan celana basah kuyup
Membawa lelah lenguhan sayup
Berangkat pagi petang, pulang cahaya remang-remang
Wajahmu mengeras bagai batu
Telapakmu kasar, senyummu kaku
Tetapi ayah,
Putramu tumbuh dari semua itu
Putramu tumbuh dari ketidak nyamananmu
Lalu adakah engkau berkeluh kesah?
Engkau nampak perkasa dengan kesakitan yang jadi rahasia
Tak pernah ada terlontar kata
Hanya sorot matamu yang berbicara
Itulah topeng kasih sayangmu
Wujud bangga dan kehormatanmu